"penghuni bumi sebelum adam"
Pada saat bumi berumur delapan ribu tahun, keadaannya masih kosong. Di sini sudah terdapat banyak biji sawi yang putih. Kemudian Allah SWT menciptakan seekor unggas yang bernama Tabirunnasar.
Allah SWT berfirman kepada-Nya: “Hai, unggas Tabirunnasar, makanlah olehmu biji sawi itu. Apabila habis biji sawi itu, engkau akan Kumatikan.”
Sang unggas pun memakan biji-bijian itu. Namun, cara memakannya diatur: Pertama, sehari satu biji yang dimakan. Setelah semakin berkurang, maka kini dimakannya hanya satu biji sebulan. Biji sawi itu semakin berkurang saja. Oleh karena begitu takutnya terhadap kematian, maka sang unggas hanya memakan satu biji dalam setahun. Namun, akhirnya, habislah biji-biji sawi itu. Tabirunnasar pun akhirnya mati.
Setelah kematian tersebut, Aliah SWT menciptakan makhluk lain sebagai penghuni bumi, yaitu tujuh pulun orang lelaki. Namun tidak semuanya langsung diciptakan, melainkan satu persatu Allah SWT menciptakannya. Apabila seorang meninggal, maka langsung diciptakan yang lain. Masing-masing dari mereka berumur 70.000 tahun. Konon, setahun pada masa itu sama dengan seribu tahun pada masa sekarang.
Tatkala telah mati tujuh puluh lelaki itu, kemudian Allah ciptakan jin. “Dan Dia menciptakan jin dari nyala api”. (Q. S. 55:1 5). Sebagian dari jin-jin itu ada yang berkaki empat, berkaki dua, dan terbang. Kemudian Allah SWT mengutus seorang yang bernama Yusuf untuk memberikan pengajaran ilmu dan syariat agama. Namun, jin-jin itu banyak yang mendustakan ajaran-ajaran tersebut yang menyebabkan Allah SWT mematikan semuanya.
Penghuni bumi berikutnya adalah suatu makhluk yang berpasangan. Rupanya seperti binatang. Keluar dan dalam neraka. Binatang itu pun beranak, dan anaknya dinamakan dengan Azazil.
Setelah cukup besar, Azazil mulai melakukan peribadatan kepada Allah SWT seribu tahun lamanya. Setelah itu, Allah SWT mengangkatnya ke langit pertama. Selama seribu tahun, di sini pun ia tekun beribadah. Allah SWT menganugerahkannya sayap yang terbuat dari manikam yang hijau.
Dengan ijin-Nya maka terbanglah ia ke langit kedua. Seribu tahun lamanya pula ia benbadah. Demikianlah, pada tiap-tiap lapisan langit ia beribadah selama seribu tahun lamanya, hingga ke lapisan langit ketujuh.
Sementara itu, di bumi saat itu sudah ada penghuni lainnya yaitu dari bangsa jin yang bernama janna. 70.000 tahun lamanya hingga lahir anak-cucunya. Kata ahli tafsir yang lain delapan belas ribu tahun mendiami bumi, yang kemudian menjadi sombong dan kufur. Allah SWT pun mematikan Janna.
Sebagai gantinya adalah yang bernama Banunal Janna. Ia mendiami bumi selama delapan belas ribu tahun lamanya. Ia juga dimatikan oleh Allah SWT.
Sementara itu, di atas langit sana, Azazil bersama para Malaikat masih khusyuk beribadah. Azazil menjadi penghulu para Malaikat selama tujuh ribu tahun lamanya dalam beribadah.
Hingga pada satu waktu, Azazil mengajukan suatu permohonan kepada Allah SWT, katanya: “Ya TuhanKu tujuh ribu tahunlah hamba-Mu ini berbuat kebaikan pada-Mu dalam tujuh lapis langit ini. Jikalau dianugerahkan oleh-Mu, hamba-Mu mohon hendak turun ke bawah ke langit keenam, berbuat kebaikan kepada-Mu.”
“Pergilah engkau!”, tegas Allah SWT.
Turunlah Azazil atau Iblis itu bersama tujuh ratus Malaikat pengiringnya ke langit keenam. Setelah merasa cukup, ia pun memohon ijin lagi kepada Allah SWT agar diturunkan ke langit kelima, Di langit kelima pun ia memohon diturunkan ke langit yang di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga sampailah mereka di langit dunia.
Di langit dunia, Azazil atau Iblis mengajukan suatu permohonan pula: “Ya Tuhanku, hamba-Mu hendak memohon turun ke bumi dengan para Malaikat. Bahwasanya hamba-Mu hendak beribadah kepada-Mu di bumi itu. Ya Tuhanku, betapa Bananul Janna telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Anugerahkanlah atas hamba-Mu ini bersama para Malaikat berbuat kebaikan ke hadirat-Mu di muka bumi itu.”
Allah SWT pun mengabulkan permohonan Azazil itu Diturunkanlah ia bersama tujuh ratus Malaikat yang mengiringnya untuk beribadah di muka bumi, setelah sebelumnya Banunal Janna dimatikan karena banyak berbuat kerusakan.
Setelah delapan ribu tahun lamanya beribadah, Iblis mencoba mengemukakan ungkapan hatinya bahwa di muka bumi inilah ia begitu betahnya, dan tidak ada tempat lain yang membuatnya demikian betah. Dan memohon agar selamanya ia berada di muka bumi untuk berbakti kepada Allah SWT.
Sampai pada satu waktu, Allah SWT berkehendak menurunkan suatu keterangan kepada Azazil, firman-Nya,
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi”. (Q.S. 2:30)
Mendengar firman tersebut Azazil (Iblis) menjadi berduka, disebabkan dengkinya. Mereka (para Malaikat) pun bertanya kepada Allah SWT mengenai siapa yang akan menjadi khalifah itu. “Adam namanya,” jawab Allah SWT.
Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.”
Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang engkau tidak ketahui’”. (Q.S. 2:30).
Iblis Membuka Rahasianya
“Hai Laknatullah, apa kesalahanku kepadamu maka engkau mendengki kepadaku, dan kepada anak cucu Nabi Adam, karena kulihat engkau ini lain dari apa yang diucapkan, dan hendak menimpakan kejahatan seperti orang yang mendengki,” kata Nabi Nuh.
Iblis menyahut, “Bahwasanya aku tidak dapat durhaka kepada engkau, dan tidak berhasil tipu dayaku terhadap engkau dan para nabi Allah. Hanya saja, selain dari itu, dapat kuceritakan bahwa orang yang tidak berhasil terpedaya olehku adalah orang yang sangat ikhlas dan takut hatinya kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya telah kupinta do’a kepada Allah Ta’ala, dan telah dikabulkan Allah Ta’ala permohonanku itu hingga hari kiamat, dan telah berapa ratus ribu dari makhluk-makhluk yang dimatikan oleh Allah Ta’ala tetap dalam kekafirannya agar penuh neraka dengan mereka ini. Demikian itulah yang dikehendaki olehku.”
Nabi Nuh a.s. menangis ketika diceritakan hal itu. Beliau menangisi nasib umatnya kelak yang akan banyak dijerumuskan oleh iblis ke dalam neraka. Iblis kembali berkata, “Hai Nuh, engkau bernama Syakirin yang artinya pandai bersyukur, itulah maka tidaklah dapat aku mendekatimu dan tidak dapat aku berdusta kepadamu, karena engkau bapak dari segala anbiya ‘alaihimussalaam.”
Nabi Nuh menanggapinya, “Hai laknatullah Ta’ala atas kepalamu, kutukannya kepadamu oleh karena apa? Sehingga engkau bekerja membuat bencana terhadap anak cucu Nabi Allah Adam ‘alaihissalam, dan karena apa engkau mengajak kepada Nabi Adam a.s. sedangkan tidak seorang nabi pun yang berbuat jahat kepadamu. Kemudian kau tipu Nabi Adam, dan kau suruh ia memakan buah pohon yang dilarang untuk memakannya oleh Allah Ta’ala. Sehingga menjadi turunlah ia ke bumi dari tempat sebelumnya yang mulia.”
Iblis menyahut, “Tidakkah Tuan mengetahui bahwa oleh sebab Adamlah maka aku terkena laknat Allah. Oleh sebab itulah maka kuminta kepada Allah Ta’ala empat perkara yang kukenakan kepada anak cucu Adam. Pertama, saling mendengki di antara mereka. Kedua, tamak dan mengambil harta sesamanya dengan cara yang tidak benar. Ketiga, membesarkan dirinya, dan mengangkat dirinya dengari sikap takabur dan dusta. Keempat, kikir; karena sikap inilah yang terbanyak akan memenuhi api neraka.”
Nabi Nuh berujar, “Hai Iblis, sesungguhnya engkau dimurkai Allah Ta’ala itu dikarenakan engkau mengabaikan perintah Tuhanmu Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Dan tidak karena perbuatan Nabi Adam atau perintahnya, sedemikian sehingga engkau menjadi kena laknat. Jika ada yang lain sebelumnya dari hal ini, katakan olehmu kepadaku supaya dapat kuketahui.”
Iblis menjawab, “Ketahuilah olehmu Nuh, beberapa ratus tahun aku berbakti kepada Allah Ta’ala hingga kemudian aku sampai ke langit lapisan ketujuh. Kemudian aku bermohon pula kepada Allah Ta’ala untuk turun ke bumi untuk berbuat kebaktian bersama malaikat yang menyertaiku”.
“Beberapa ratus tahun aku sujud kepada Allah Ta’ala dengan segenap pengabdianku dan sikap takutku kepada Dia. Kemudian aku beserta para malaikat yang menyertaiku, diperintahkanlah oleh Ta’ala untuk sujud kepada Adam. Kemudian datang bencana bagiku bahwa di dalam hatiku tidak mau sujud kepada Adam. Maka dimurkailah aku oleh Allah Ta’ala dengan turunnya laknat. Akulah yang pertama yang mendengki dan akulah yang pertama kalinya pula menyombongkan diri terhadap Adam. Sehingga kulalaikan perintah Allah Ta’ala dengan tidak mau sujud kepada Adam disebabkan oleh sikap takaburku. Kukatakan terhadap diriku bahwa aku melebihi daripada Adam. Maka sejak hari itulah jatuh laknat atas kepalaku, disebabkan oleh perkataanku kepada Tuhanku, ‘Kauciptakan aku dari cahaya api, dan Kauciptakan Adam dari tanah. Sehingga tidaklah harus cahaya bersujud kepada yang kelam itu!”.
“Dalam perkataanku menyatakan bahwa akulah yang terbaik daripada Adam, kemudian tiba-tiba jadilah aku lebih jahat darinya dengan memperoleh murka dan laknat, sebab menyombongkan diriku kepadanya dan mendengki terhadap dia. Oleh sebab itulah, maka aku dikeluarkan oleh Allah dari kelompok para malaikat yang banyak itu. Demikianlah, tidak ada dosaku satu pun kepada Allah Ta’ala yang lain kecuali itu. Selanjutnya kuperbuat bencana kepada Adam dengan kutipu dia. Kusuruh memakan buah khuldi pohon yang dilarang oleh Allah Ta’ala kepada Adam untuk memakannya. Kataku kepada Adam bahwa jika engkau memakan buah pohon ini, niscaya kekallah engkau di dalam sorga ini, kemudian diturutinya perkataanku itu”.
“Setelah dimakan buah itu oleh Adam dan Hawa, disebabkan oleh rakusnya untuk mengharapkan tidak mati sekalipun, maka keluarlah ia dari dalam sorga. Kemudian ditemui oleh mereka duka cita dan kejahatan serta kematian di dalam dunia ini. Dan telah diturunkan ketetapan terhadap aku bahwa neraka sebagai tempatku selama-lamanya”.
“Ketika Allah Ta’ala menciptakan sorga Jannatul Firdaus dengan segala tanaman dan sungainya dan berbuahlah seluruh pepohonan itu dengan tidak berkesudahan. Maka firman Allah Ta’ala kepada sorga, ‘Sesungguhnya Kudapatkan engkau haram atas semua orang yang kikir dan takabur masuk kepadamu, dan enggan (merindukan) kepadamu’. Oleh karena itulah yang terbanyak masuk ke dalam neraka itu orang yang kikir dan takabur’.
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Nabi Nuh itu, Iblis pun memberi salam dan pergi meninggalkan Nabi.
Mendengar pengakuan dari Iblis itu, semakin mendalamlah kesedihan Nabi Nuh. Kemudian turun firman Allah kepadanya, melalui Jibril, “Hai Nuh, turunlah engkau dari bahteramu penuh dengan kesejahteraan, dan Kami beri berkah atasmu dan umat yang menyertaimu, dan seluruh umat yang kemudian dari golonganmu akan Kami anugerahi mereka kesenangan. Kemudian, akan Kami rasakan kepada mereka siksaan yang amat pedih di negeri akhirat (jika mereka durhaka). Hai Nuh, buatlah olehmu sebuah mesjid sebagai tempatmu beribadah kepada Aliah Ta’ala dari kayu bahteramu itu”.
Mesjid pun segera dibuat oleh Nabi dan delapan puluh orang laki-laki yang menyertainya. Diceritakan bahwa tiga orang putra Nabi Nuh. Yafiah menurunkan anak cucunya menjadi bangsa Habsyah dan Hindustan; Syam menjadi bangsa ‘Azam, Masqulan, dan Turki; sedangkan Ham menjadi bangsa Romawi dan Arab.
Pada umur 1000 tahun, Nabi Nuh wafat. Sebelum wafatnya, beliau berwasiat kepada anak cucunya, “Hai seluruh anak cucuku, bahwasanya kulihat dunia ini seperti suatu rumah juga, kita masuk dari satu pintu, kemudian kita akan keluar dari satu pintu (lainnya). Hanya saja, janganlah engkau ubah janji Allah Ta’ala yang telah mengikat janji dengan kalian. Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengubah janji-Nya dengan kamu.”
Setelah kepergiannya ke Rahmatullah, semakin menyebarlah anak cucunya ke penjuru dunia. Beberapa lama kemudian, banyak dari mereka yang berbuat durhaka kepada Allah Ta’ala.
Pada saat bumi berumur delapan ribu tahun, keadaannya masih kosong. Di sini sudah terdapat banyak biji sawi yang putih. Kemudian Allah SWT menciptakan seekor unggas yang bernama Tabirunnasar.
Allah SWT berfirman kepada-Nya: “Hai, unggas Tabirunnasar, makanlah olehmu biji sawi itu. Apabila habis biji sawi itu, engkau akan Kumatikan.”
Sang unggas pun memakan biji-bijian itu. Namun, cara memakannya diatur: Pertama, sehari satu biji yang dimakan. Setelah semakin berkurang, maka kini dimakannya hanya satu biji sebulan. Biji sawi itu semakin berkurang saja. Oleh karena begitu takutnya terhadap kematian, maka sang unggas hanya memakan satu biji dalam setahun. Namun, akhirnya, habislah biji-biji sawi itu. Tabirunnasar pun akhirnya mati.
Setelah kematian tersebut, Aliah SWT menciptakan makhluk lain sebagai penghuni bumi, yaitu tujuh pulun orang lelaki. Namun tidak semuanya langsung diciptakan, melainkan satu persatu Allah SWT menciptakannya. Apabila seorang meninggal, maka langsung diciptakan yang lain. Masing-masing dari mereka berumur 70.000 tahun. Konon, setahun pada masa itu sama dengan seribu tahun pada masa sekarang.
Tatkala telah mati tujuh puluh lelaki itu, kemudian Allah ciptakan jin. “Dan Dia menciptakan jin dari nyala api”. (Q. S. 55:1 5). Sebagian dari jin-jin itu ada yang berkaki empat, berkaki dua, dan terbang. Kemudian Allah SWT mengutus seorang yang bernama Yusuf untuk memberikan pengajaran ilmu dan syariat agama. Namun, jin-jin itu banyak yang mendustakan ajaran-ajaran tersebut yang menyebabkan Allah SWT mematikan semuanya.
Penghuni bumi berikutnya adalah suatu makhluk yang berpasangan. Rupanya seperti binatang. Keluar dan dalam neraka. Binatang itu pun beranak, dan anaknya dinamakan dengan Azazil.
Setelah cukup besar, Azazil mulai melakukan peribadatan kepada Allah SWT seribu tahun lamanya. Setelah itu, Allah SWT mengangkatnya ke langit pertama. Selama seribu tahun, di sini pun ia tekun beribadah. Allah SWT menganugerahkannya sayap yang terbuat dari manikam yang hijau.
Dengan ijin-Nya maka terbanglah ia ke langit kedua. Seribu tahun lamanya pula ia benbadah. Demikianlah, pada tiap-tiap lapisan langit ia beribadah selama seribu tahun lamanya, hingga ke lapisan langit ketujuh.
Sementara itu, di bumi saat itu sudah ada penghuni lainnya yaitu dari bangsa jin yang bernama janna. 70.000 tahun lamanya hingga lahir anak-cucunya. Kata ahli tafsir yang lain delapan belas ribu tahun mendiami bumi, yang kemudian menjadi sombong dan kufur. Allah SWT pun mematikan Janna.
Sebagai gantinya adalah yang bernama Banunal Janna. Ia mendiami bumi selama delapan belas ribu tahun lamanya. Ia juga dimatikan oleh Allah SWT.
Sementara itu, di atas langit sana, Azazil bersama para Malaikat masih khusyuk beribadah. Azazil menjadi penghulu para Malaikat selama tujuh ribu tahun lamanya dalam beribadah.
Hingga pada satu waktu, Azazil mengajukan suatu permohonan kepada Allah SWT, katanya: “Ya TuhanKu tujuh ribu tahunlah hamba-Mu ini berbuat kebaikan pada-Mu dalam tujuh lapis langit ini. Jikalau dianugerahkan oleh-Mu, hamba-Mu mohon hendak turun ke bawah ke langit keenam, berbuat kebaikan kepada-Mu.”
“Pergilah engkau!”, tegas Allah SWT.
Turunlah Azazil atau Iblis itu bersama tujuh ratus Malaikat pengiringnya ke langit keenam. Setelah merasa cukup, ia pun memohon ijin lagi kepada Allah SWT agar diturunkan ke langit kelima, Di langit kelima pun ia memohon diturunkan ke langit yang di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga sampailah mereka di langit dunia.
Di langit dunia, Azazil atau Iblis mengajukan suatu permohonan pula: “Ya Tuhanku, hamba-Mu hendak memohon turun ke bumi dengan para Malaikat. Bahwasanya hamba-Mu hendak beribadah kepada-Mu di bumi itu. Ya Tuhanku, betapa Bananul Janna telah banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Anugerahkanlah atas hamba-Mu ini bersama para Malaikat berbuat kebaikan ke hadirat-Mu di muka bumi itu.”
Allah SWT pun mengabulkan permohonan Azazil itu Diturunkanlah ia bersama tujuh ratus Malaikat yang mengiringnya untuk beribadah di muka bumi, setelah sebelumnya Banunal Janna dimatikan karena banyak berbuat kerusakan.
Setelah delapan ribu tahun lamanya beribadah, Iblis mencoba mengemukakan ungkapan hatinya bahwa di muka bumi inilah ia begitu betahnya, dan tidak ada tempat lain yang membuatnya demikian betah. Dan memohon agar selamanya ia berada di muka bumi untuk berbakti kepada Allah SWT.
Sampai pada satu waktu, Allah SWT berkehendak menurunkan suatu keterangan kepada Azazil, firman-Nya,
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi”. (Q.S. 2:30)
Mendengar firman tersebut Azazil (Iblis) menjadi berduka, disebabkan dengkinya. Mereka (para Malaikat) pun bertanya kepada Allah SWT mengenai siapa yang akan menjadi khalifah itu. “Adam namanya,” jawab Allah SWT.
Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau.”
Tuhan berfirman: ”Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang engkau tidak ketahui’”. (Q.S. 2:30).
Iblis Membuka Rahasianya
“Hai Laknatullah, apa kesalahanku kepadamu maka engkau mendengki kepadaku, dan kepada anak cucu Nabi Adam, karena kulihat engkau ini lain dari apa yang diucapkan, dan hendak menimpakan kejahatan seperti orang yang mendengki,” kata Nabi Nuh.
Iblis menyahut, “Bahwasanya aku tidak dapat durhaka kepada engkau, dan tidak berhasil tipu dayaku terhadap engkau dan para nabi Allah. Hanya saja, selain dari itu, dapat kuceritakan bahwa orang yang tidak berhasil terpedaya olehku adalah orang yang sangat ikhlas dan takut hatinya kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya telah kupinta do’a kepada Allah Ta’ala, dan telah dikabulkan Allah Ta’ala permohonanku itu hingga hari kiamat, dan telah berapa ratus ribu dari makhluk-makhluk yang dimatikan oleh Allah Ta’ala tetap dalam kekafirannya agar penuh neraka dengan mereka ini. Demikian itulah yang dikehendaki olehku.”
Nabi Nuh a.s. menangis ketika diceritakan hal itu. Beliau menangisi nasib umatnya kelak yang akan banyak dijerumuskan oleh iblis ke dalam neraka. Iblis kembali berkata, “Hai Nuh, engkau bernama Syakirin yang artinya pandai bersyukur, itulah maka tidaklah dapat aku mendekatimu dan tidak dapat aku berdusta kepadamu, karena engkau bapak dari segala anbiya ‘alaihimussalaam.”
Nabi Nuh menanggapinya, “Hai laknatullah Ta’ala atas kepalamu, kutukannya kepadamu oleh karena apa? Sehingga engkau bekerja membuat bencana terhadap anak cucu Nabi Allah Adam ‘alaihissalam, dan karena apa engkau mengajak kepada Nabi Adam a.s. sedangkan tidak seorang nabi pun yang berbuat jahat kepadamu. Kemudian kau tipu Nabi Adam, dan kau suruh ia memakan buah pohon yang dilarang untuk memakannya oleh Allah Ta’ala. Sehingga menjadi turunlah ia ke bumi dari tempat sebelumnya yang mulia.”
Iblis menyahut, “Tidakkah Tuan mengetahui bahwa oleh sebab Adamlah maka aku terkena laknat Allah. Oleh sebab itulah maka kuminta kepada Allah Ta’ala empat perkara yang kukenakan kepada anak cucu Adam. Pertama, saling mendengki di antara mereka. Kedua, tamak dan mengambil harta sesamanya dengan cara yang tidak benar. Ketiga, membesarkan dirinya, dan mengangkat dirinya dengari sikap takabur dan dusta. Keempat, kikir; karena sikap inilah yang terbanyak akan memenuhi api neraka.”
Nabi Nuh berujar, “Hai Iblis, sesungguhnya engkau dimurkai Allah Ta’ala itu dikarenakan engkau mengabaikan perintah Tuhanmu Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Dan tidak karena perbuatan Nabi Adam atau perintahnya, sedemikian sehingga engkau menjadi kena laknat. Jika ada yang lain sebelumnya dari hal ini, katakan olehmu kepadaku supaya dapat kuketahui.”
Iblis menjawab, “Ketahuilah olehmu Nuh, beberapa ratus tahun aku berbakti kepada Allah Ta’ala hingga kemudian aku sampai ke langit lapisan ketujuh. Kemudian aku bermohon pula kepada Allah Ta’ala untuk turun ke bumi untuk berbuat kebaktian bersama malaikat yang menyertaiku”.
“Beberapa ratus tahun aku sujud kepada Allah Ta’ala dengan segenap pengabdianku dan sikap takutku kepada Dia. Kemudian aku beserta para malaikat yang menyertaiku, diperintahkanlah oleh Ta’ala untuk sujud kepada Adam. Kemudian datang bencana bagiku bahwa di dalam hatiku tidak mau sujud kepada Adam. Maka dimurkailah aku oleh Allah Ta’ala dengan turunnya laknat. Akulah yang pertama yang mendengki dan akulah yang pertama kalinya pula menyombongkan diri terhadap Adam. Sehingga kulalaikan perintah Allah Ta’ala dengan tidak mau sujud kepada Adam disebabkan oleh sikap takaburku. Kukatakan terhadap diriku bahwa aku melebihi daripada Adam. Maka sejak hari itulah jatuh laknat atas kepalaku, disebabkan oleh perkataanku kepada Tuhanku, ‘Kauciptakan aku dari cahaya api, dan Kauciptakan Adam dari tanah. Sehingga tidaklah harus cahaya bersujud kepada yang kelam itu!”.
“Dalam perkataanku menyatakan bahwa akulah yang terbaik daripada Adam, kemudian tiba-tiba jadilah aku lebih jahat darinya dengan memperoleh murka dan laknat, sebab menyombongkan diriku kepadanya dan mendengki terhadap dia. Oleh sebab itulah, maka aku dikeluarkan oleh Allah dari kelompok para malaikat yang banyak itu. Demikianlah, tidak ada dosaku satu pun kepada Allah Ta’ala yang lain kecuali itu. Selanjutnya kuperbuat bencana kepada Adam dengan kutipu dia. Kusuruh memakan buah khuldi pohon yang dilarang oleh Allah Ta’ala kepada Adam untuk memakannya. Kataku kepada Adam bahwa jika engkau memakan buah pohon ini, niscaya kekallah engkau di dalam sorga ini, kemudian diturutinya perkataanku itu”.
“Setelah dimakan buah itu oleh Adam dan Hawa, disebabkan oleh rakusnya untuk mengharapkan tidak mati sekalipun, maka keluarlah ia dari dalam sorga. Kemudian ditemui oleh mereka duka cita dan kejahatan serta kematian di dalam dunia ini. Dan telah diturunkan ketetapan terhadap aku bahwa neraka sebagai tempatku selama-lamanya”.
“Ketika Allah Ta’ala menciptakan sorga Jannatul Firdaus dengan segala tanaman dan sungainya dan berbuahlah seluruh pepohonan itu dengan tidak berkesudahan. Maka firman Allah Ta’ala kepada sorga, ‘Sesungguhnya Kudapatkan engkau haram atas semua orang yang kikir dan takabur masuk kepadamu, dan enggan (merindukan) kepadamu’. Oleh karena itulah yang terbanyak masuk ke dalam neraka itu orang yang kikir dan takabur’.
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Nabi Nuh itu, Iblis pun memberi salam dan pergi meninggalkan Nabi.
Mendengar pengakuan dari Iblis itu, semakin mendalamlah kesedihan Nabi Nuh. Kemudian turun firman Allah kepadanya, melalui Jibril, “Hai Nuh, turunlah engkau dari bahteramu penuh dengan kesejahteraan, dan Kami beri berkah atasmu dan umat yang menyertaimu, dan seluruh umat yang kemudian dari golonganmu akan Kami anugerahi mereka kesenangan. Kemudian, akan Kami rasakan kepada mereka siksaan yang amat pedih di negeri akhirat (jika mereka durhaka). Hai Nuh, buatlah olehmu sebuah mesjid sebagai tempatmu beribadah kepada Aliah Ta’ala dari kayu bahteramu itu”.
Mesjid pun segera dibuat oleh Nabi dan delapan puluh orang laki-laki yang menyertainya. Diceritakan bahwa tiga orang putra Nabi Nuh. Yafiah menurunkan anak cucunya menjadi bangsa Habsyah dan Hindustan; Syam menjadi bangsa ‘Azam, Masqulan, dan Turki; sedangkan Ham menjadi bangsa Romawi dan Arab.
Pada umur 1000 tahun, Nabi Nuh wafat. Sebelum wafatnya, beliau berwasiat kepada anak cucunya, “Hai seluruh anak cucuku, bahwasanya kulihat dunia ini seperti suatu rumah juga, kita masuk dari satu pintu, kemudian kita akan keluar dari satu pintu (lainnya). Hanya saja, janganlah engkau ubah janji Allah Ta’ala yang telah mengikat janji dengan kalian. Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengubah janji-Nya dengan kamu.”
Setelah kepergiannya ke Rahmatullah, semakin menyebarlah anak cucunya ke penjuru dunia. Beberapa lama kemudian, banyak dari mereka yang berbuat durhaka kepada Allah Ta’ala.
liat jg pandewaperwira.blogspot.com ea makasih??
BalasHapusIya sama-sama.. makasih udah kunjungi blog aku :)
BalasHapusartikel yanh bagus dan menarik :)
BalasHapus'afwan boleh tnya, sumber nya dari mana kisah tsb diatas yah?
BalasHapus